Bu,
Titipkan topeng pesakitanmu itu buatku
Terlalu berharga untuk kau pajang di sana
Di hati yang telah membatu
Jua membakarmu hidup-hidup dalam rasa
Tinggalkan saja buatku di sini
Doamu akan dihimpunNYA
Biar bisa menjerat kelak saat adilNYA berjaga
Andai kelabu itu bisa aku ubah
Kan kubawa tiara pelangi buatmu Bu
Biar lebih berwarna hidupmu
Lebih terang kau membaca masa
Dan lebih aman kau dari gelapnya dunia
Kau pasti enggan berbagi duka
Namun keterikatan kita ini mencekikku
Saat kulihat wajahmu semakin tirus
Tenggelam dalam dera pikir dan raga yang memaksa
Pintamu dalam doa
Hanya buatku saja, tiada keinginan buatmu jua
Katamu Restumu adalah kunci pembuka semua pintu di dunia
Perpanjangan TanganNYA pula
Bisakah aku membawamu ke surga?!
Bahkan melindungimu saja aku terengah dalam usaha
Melihatmu menangis dalam menerimanya
Sabarlah Bu,
Bisakah Cintaku ini jadi garansimu mengikhtisarkan keindahanNYA
Yang terwujud dalam ujiNYA atas nama CINTA
Al Lif Qy
220110. 9.07 am
Saat kesedihan itu merentas hariku
Sabtu, 30 Januari 2010
Jumat, 08 Januari 2010
"Mengais Rezeki di Tepi"
Kapal itu merapat setelah labuh semalam
Bawa bagian rezekiku
Rombongan makelar menyerbu
Menimang rayu
Sedikit tipu
Meminang laku
Beruntungnya aku
Satu
Keranjang penuh tampungan rezekiku
Diunduh dari lambung kapal
Diarak menuju perkumpulan
Tergopoh menerawang bakal rezeki di situ
Tumpah ruah
Dua
Permintaan dan penawaran beradu
Beragam tampilan ini itu
Bau keringat dan amis mengikat jadi satu
Tersisipi satu rezekiku di situ
Tiga
Empat, Lima, Enamku hilang
Aku keburu diburu penunggu
Hingga payahku
Mendudukan tahtaku di atas ampar batu
Menghitung rezekiku
“Alhamdulillah akan kulihat ada senyum wajah emak,
Setelah abah tak jua pulang menunggu laut”
5.07 pm WITa, 04102010
Bawa bagian rezekiku
Rombongan makelar menyerbu
Menimang rayu
Sedikit tipu
Meminang laku
Beruntungnya aku
Satu
Keranjang penuh tampungan rezekiku
Diunduh dari lambung kapal
Diarak menuju perkumpulan
Tergopoh menerawang bakal rezeki di situ
Tumpah ruah
Dua
Permintaan dan penawaran beradu
Beragam tampilan ini itu
Bau keringat dan amis mengikat jadi satu
Tersisipi satu rezekiku di situ
Tiga
Empat, Lima, Enamku hilang
Aku keburu diburu penunggu
Hingga payahku
Mendudukan tahtaku di atas ampar batu
Menghitung rezekiku
“Alhamdulillah akan kulihat ada senyum wajah emak,
Setelah abah tak jua pulang menunggu laut”
5.07 pm WITa, 04102010
Langganan:
Postingan (Atom)